KEARIFAN LOKAL TRADISI NYADRAN LINTAS AGAMA DI DESA KAYEN-JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI Local Wisdom of Cross-Religious Nyadran Tradition at Kayen-Juwangi Village of Boyolali
Abstract
Culture and local tradition, a representation of local knowledge or local wisdom serve as a means of cultural accommodation to maintain the harmonious environment situation, including social relationships of cross-religious life and even across cultures. One of the local wisdom values in community is the ritual Nyadran tradition. This study is intended to reveal how the Nyadran tradition can accommodate cross-religious relationships in the Kayen village, Jemangi- Boyolali. This research uses qualitative approach. The important research findings are that Nyadran tradition can be an expression of social piety through the practice of mutual cooperation, solidarity, and togetherness. Nyadran can be a medium of accommodation and building harmony among people, especially in plural and multicultural community. The tradition in Kayen village with its various procedures has been able to develop the primordial ties of its community in a group that share the same views and beliefs despite their different religions and beliefs.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Alifiana, Wahyu Nur. 2013. Perubahan Budaya dalam Tradisi Nyadran di Kelurahan Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, Jurnal Program StudiPendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol /0 2 / No. 01 / Mei 2013.
Budiono, Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Fauziyah,Ema. 2007.Perubahan Makna Sadranan Di Kalangan Masyarakat Ngangro Boyolali. Yogyakarta: UIN SUKA.
Geertz, Clifford. 1973. “Religion as a Cultural System.” dalam The Interpretation of Cultures. New York: Basic Books.
Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Haba, John. 2007. Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku, dan Poso. Jakarta: ICIP dan Eropean Commision.
Haba, John. 2008. Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku dan Poso,” dalam Irwan Abdullah, dkk. (ed.), Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilyas. 2014. “Kajian Penyelesaian Konflik Antar Desa Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah”, dimuat dalam JURNAL ACADEMICA Fisip Untad Vol. 06, No. 01. Tahun 2014.
Koentjaraningrat. 1990, Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Madjid, Nurcholish. 2012, Pluralisme Agama di Indonesia, Ulumul Qur’an, No. 3, Vol. 95.
Partokusumo, Karkono Kamajaya. 1990. Nyadran Dalam Persepektif Budaya. Yogyakarta: Yayasan Ilmu Pengetahuan Dan Kebudayaan Panunggalan Lembaga Javanologi.
Partokusumo, Karkono Kamajaya. 1995.Kebudayaan Jawa Perpaduannya dengan Islam. Yogyakarta: Ikatan Penerbit Indonesia.
Rachman, Budhy Munawar. 2001. Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Jakarta: Paramadina.
Ridwan, Nurma Ali, 2007, Landasan Keilmuan Kearifan Lokal, Jurnal Ibda. Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2007
Rohim, dan Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Rosidi, Ajip. 2011. Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda.Bandung: Kiblat Buku Utama.
Saksono, Gatut dan Dwiyanto,Djoko. 2012.Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Ampera Utama.
Shalahuddin, Marwan. 2010. “Konservasi Budaya Lokal dalam Pembentukan Harmoni Sosial (Studi Kasus di Desa Klepu Sooko Ponorogo)”, dimuat dalam JURNAL HARMONI: Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol. IX, No. 34, Tahun 2010
Turner, West, Richard dan, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemas Humanika.
Wahyuningrum, Nur. 2004. Tradisi Sadranan di Cepi Ditinjau Dari Perspektif Sosial Keagamaan (Yogyakarta: UIN SUKA, 2004).
Widiyanto, Pattidana Tri. 2011. Jalan Membebaskan Leluhur Dari Alam Penderitaan. Yogyakarta: Vihara Karangdjaiti.
Wawancara dengan Ahmad Baehaki (Pengamat dan Pembina Komunitas Seni-Budaya desa Kayen) pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Bapak Kaswanto (Ketua Mudika Stasi Kayen) dan Bapak Dwi Pranyoto (tokoh seni Dusun Kayen) pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Bapak Kusno (Tokoh Masyarakat desa Kayen) pada tanggal 13 Mei 2017.
Wawancara dengan Dwi Prayoto (tokoh pemuda dan seniman profesional Dusun Kayen) pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Dwi Prayoto dan Mangun Prayitno (tokoh pemuda dan seniman profesional Desa Kayen) dan pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Kiai Purwanto (tokoh Agama Islam Desa Kayen), Mangun Prayitno (Ketua Gereja Katolik dan tokoh Agama Katolik Desa Kayen), dan Setyo Diharjo (Ketua Penganut Kepercayaan Pangestu) pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Kiai Purwanto (tokoh Agama Islam Dusun Kayen), Mangun Prayitno (Ketua Gereja Katolik dan tokoh Agama Katolik Dusun Kayen), dan Setyo Diharjo (Ketua Penganut Kepercayaan Pangestu) pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Sosro Wardoyo (Kepala Desa Kayen sekaligus sebagai tokoh adat setempat) pada tanggal 21 Mei 2017.
Wawancara dengan Widy (Tokoh Pemuda Desa Kayen) pada tanggal 21 Mei 2017.
DOI: https://doi.org/10.18784/smart.v3i2.486
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Agus Riyadi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.